Sabtu, 23 November 2019

Silbilnas Sako SPN 2019 : Mencetak Pramuka yang Mandiri, Berkecakapan Hidup dan Berwirausaha


Bantul (21/11). Wakil Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Kakak Laksamada Muda (Purn) Kingkin Suroso membuka kemah Silaturrahim Pembina Nasional (Silbinas) Sako SPN 2019. Ia mengapresiasi kemajuan Sako SPN yang berdiri sejak 2013.

Silbinas Sako SPN 2019 dilaksanakan selama tiga hari pada tanggal 21-23 November 2019 di Bumi Perkemahan (Buper) Dewa Ruci, Dusun Wonoroto, Desa Gadingsari, Kecamatan Sanden, kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Dalam perhelatan itu Sultan Hamengku Buwono X diwakili staf ahli Gubernur Bidang Sosial dan Kemasyarakatan Tri Mulyono, Kwarda Daerah Istimewa Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi, Ketua Umum DPP LDII Abdullah Syam, Bupati Bantul Suharsono yang juga Mabicab Gerakan Pramuka Bantul, Mabisakonas SPN Prasetyo Sunaryo dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya.

Kedatangan para tokoh disambut oleh pagar betis dan pertunjukkan pencak silat dari Sako SPN. Saat membuka acara, Kingkin Suroso cukup antusias dan memberikan respon positif dalam perhelatan Silbilnas Sako SPN 2019. Pramuka itu menurutnya, harus dikembangkan kembali dengan mendidik kaum muda yang berkarakter. 

Tujuannya, agar kaum muda dapat lebih baik menyongsong masa depan dan diharapkan peranan tersebut dapat ditingkatkan dan menjadi garda depan dalam menghadapi teknologi. Dalam hal ini para Pembina dituntut peran dan dedikasinya agar lahir kader-kader muda yang dapat menghasilkan peserta didik mandiri, serta siap menghadapi teknologi 4.0. 

“Tetaplah menjadi Pramuka yang sebenarnya. Saya yakin Sako SPN ke depan akan lebih maju karena sejalan dengan program revitalisasi satuan karya yang sudah ada pada Sako,” ujarnya.

Ia tidak ingin anak muda yang mengikuti pramuka, setelah umur 25 tahun menjadi Pramuka yang tidak jelas, akan tetapi menjadi Pramuka yang mandiri, berkecakapan hidup, dan berwirausaha.

“Bukan Pramuka yang tidak jelas, tapi Pramuka yang menjadi harapan bangsa. Sambutan kakak mabida tadi, memberikan gambaran tentang mimpi ke depan. Dan saya yakin Sako SPN mampu mencapai tujuan itu,” ujarnya.

Langkah nyata yang akan dilakukannya, pada tahun 2022 ia ingin ada perkemahan antar satuan komunitas. Tiap-tiap satuan komunitas akan bergabung menjadi satu dalam sentra perkemahan modern. Sebuah perkemahan di mana pramuka bermasyarakat. 

Di sisi lain, Tri Mulyono pun menuturkan dalam pembukaan. Bagi kakak-kakak pembina pramuka Sako SPN, saat ini dibutuhkan literasi data untuk meningkatkan kemampuan mengolah data dan informasi, juga literasi manusia yang berupa softskill atau pengembangan individu yang dianggap mampu beradaptasi dengan industri 4.0 tersebut.

GKR Mangkubumi juga mengatakan hal yang serupa saat simbolisasi pelepasan burung merpati bersama tokoh-tokoh lainnya. Ia mengapresiasi Silbilnas Sako SPN 2019 didepan 1.014 kakak-kakak pembina yang hadir. 

Menurutnya, saat ini Gerakan Pramuka memiliki PR untuk dihadapi. Masih banyak pekerjaan rumah untuk menciptakan pembina yang ditugaskan untuk adik-adik yang masih sekolah. Mereka juga harus menciptakan generasi generasi muda yang melek era 4.0 yang cinta Indonesia dan memiliki karakter kuat untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik. 

“Para Pembina Sako SPN yang luar biasa, pendampingan buat generasi muda sangat penting, pembinaan karakter diri dan pendalaman dasa darma untuk majunya Indonesia” ujarnya.


Sebelum membuka acara, tokoh-tokoh yang hadir secara simbolis melakukan penanaman pohon. Ketua Pinsako SPN Edwin Sumiroza menuturkan, Sebelumnya sudah ada 254 pohon yang ditanam di bumi perkemahan yang berada di bibir pantai dan menghadap langsung ke Samudera Hindia ini. 

Silbinas diikuti peserta yang terdiri dari 8 Sako Provinsi yang telah diresmikan oleh masing masing kwarda, yaitu Sakoda Lampung, Sakoda Jawa Barat, Sakoda DI. Yogyakarta, Sakoda DKI Jakarta, Sakoda Sumatera Selatan, Sakoda Jawa tengah, Sakoda Sulawesi Tengah, dan Sakoda Jawa Timur.

Selain itu beberapa Sakoda yang masih didampingi provinsi untuk merintis juga ikut serta, seperti Provinsi Banten, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Bengkulu, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Papua, Provinsi Kalimantan Utara, dan Provinsi Jambi.

Senin, 30 September 2019

LDII Sampang Asah Generasi Muda Melalui Kompetisi Anak Sholeh


DPD LDII Kab. Sampang bekerjasama dengan DPD LDII Kab. Pamekasan kembali menggelar kegiatan Kompetisi Anak Sholeh (KOMPAS) yang dilaksanakan di masjid Luhur Ceguk pada tanggal 29 September 2019. Dalam kegiatan KOMPAS kali ini DPD LDII Kab. Sampang turut mengirimkan 14 generasi mudanya untuk berkompetisi dengan para peserta lainnya. Kegiatan KOMPAS ini dihadiri oleh M. Ilyasar S.Ag, M.Pdi selaku Kasi Binmas Islam Kemenag Kab. Pamekasan. Turut pula hadir Sahuri selaku sekretaris Kecamatan Tlanakan.

Kompetisi Anak Sholeh (KOMPAS) ini merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap tahun oleh DPD LDII Kab. Sampang berkolaborasi dengan DPD LDII Kab. Pamekasan, dalam rangka sebagai media evaluasi dan penilaian kegiatan belajar mengajar (KBM) generasi muda LDII yang telah dilaksanakan selama ini. Kegiatan KOMPAS dengan tema "Mewujudkan Generasi Islam yang Bertaqwa dan Berakhlakul Karimah" ini diikuti sebanyak 150 orang generasi muda LDII dari berbagai Pimpinan Anak Cabang (PAC) dan Pimpinan Cabang (PC).

Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 08.00 hingga pukul 16.30 WIB ini memiliki beberapa serangkaian kegiatan yang meliputi, lomba adzan, lomba tartil, lomba hafalan, lomba cerdas cermat, lomba mewarnai dan lomba nasehat. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan dibawah pengawasan dan penilaian dari para ulama serta mubaligh/mubalighot yang dimiliki oleh LDII. 


Dalam sambutannya ketua DPD LDII Kab. Pamekasan sekaligus ketua panitia KOMPAS Setyo Budi Winarno mengatakan, dengan diselenggarakannya acara KOMPAS ini LDII mencoba memberikan sebuah wadah kompetisi kepada anak-anak khususnya anak usia PAUD dan TK, untuk kemudian dapat diseleksi kemampuannya dengan tujuan dapat melahirkan pendakwah yang handal. Kompetisi Anak Sholeh ini juga dapat berkontribusi untuk memberikan penguatan pada nilai pemahaman agama, akhlak yang mulia serta kemandirian.

M. Ilyasar juga turut menyampaikan pesan. "acara ini sangat positif sekali dan kami memberikan apresiasi atas partisipasi warga LDII dalam membangun, membimbing dan mendidik masyarakat khususnya di dalam membina anak-anak di indonesia. Kedepannya bisa dikembangkan lagi untuk bisa bersinergi dengan Kementrian Agama dan juga pemerintah daerah" tandasnya.

Dalam kesempatan terpisah Sartono selaku ketua DPD LDII Kab. Sampang mengatakan, bahwa dengan diselenggarakannya kegiatan KOMPAS ini sangat bagus karena bisa mendorong anak-anak atau caberawit menjadi generasi yang pintar, fakih dan faham agama, beraklaqul karimah, serta mandiri juga fastabiqul khoirot dalam mencari pahala, diharapkan juga setelah dewasa menjadi manusia yang profesional riligius bisa berkontribusi kepada orang tua, agama nusa dan bangsa. (Ika/Lines)

Jumat, 13 September 2019

LDII Dorong Digitalisasi Pendidikan Selain Ekonomi


Jakarta (13/9). LDII telah menggelar lokakarya nasional di bidang pendidikan dan ekonomi. Hal tersebut dilakukan, agar warga LDII dapat memanfaatkan revolusi industri 4.0, untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pemanfaatan bisnis-bisnis baru, akibat menyatunya komputer, internet, dan teknologi komunikasi.

“Penggunaan teknologi digital bukan sekedar alat yang dipasang lalu dipakai, tapi juga merupakan sinergi antara perangkat keras, dengan struktur dan kultur. Teknologi yang digunakan seorang diri tidak terasa kegunaannya, tapi jika dalam satu komunitas, maka akan sangat berguna,” ujar Ketua Panitia Pengarah (SC) Prasetyo Sunaryo sekaligus Ketua DPP LDII.

Masalah kultur menjadi penting, sebab secanggih apapun teknologi tanpa perubahan kultur atau karakter, hak tersebut mengakibatkan teknologi menjadi tak berfaedah, “Misalnya, ada pesan penting dalam Whatsapp yang masuk, lalu diabaikan karena memiliki budaya menunda,” ujar Prasetyo.

Hal ini diungkapkan oleh Prasetyo Sunaryo, mengawali acara Lokakarya Nasional 2019 yang kembali lagi digelar di Gedung DPP LDII, Jakarta (12/9). Ia berpendapat, dalam ormas yang memiliki struktur seperti LDII, lokakarya ini bermanfaat membahas bagaimana teknologi dapat berguna dalam bidang ekonomi dan pendidikan.

Pada perhelatan acara hari pertama pada Selasa (10/9) lalu lokakarya membahas digital ekonomi yang melibatkan pegiat ekonomi, pengusaha, dan pemerhati bidang keuangan, pemasaran, serta produksi. Pada hari pertama, Duta Besar Singapura Anil Kumar, berbagai mengenai pemanfaatan teknologi di Singapura, lalu di hari ketiga, pada Kamis (12/9), Kepala Pusat Teknologi, Komunikasi, dan Informasi, Gogot Suharwoto sebagai keynote speaker yang membahas ‘Pendidikan di Era Digital’.

Lokakarya nasional hari ketiga, dihadiri oleh para tenaga pendidik, pengajar, perwakilan yayasan pendidikan, kepala sekolah, serta pamong pendidikan. Di depan kurang lebih 200 peserta lokakarya, Ketua Umum LDII, Abdullah Syam memperkenalkan tim ECH (Education Clearing House) yang sebelum lokakarya nasional ini diadakan, telah membuat diskusi terpumpun (FGD) untuk merumuskan output bidang pendidikan. Berupa panduan kurikulum, panduan masalah anak didik, serta kelembagaan pendidikan.

ECH merupakan salah satu usaha LDII, berkontribusi di bidang pendidikan dengan fokus menciptakan sumberdaya yang profesional religius. Selama ini yang dilakukan LDII adalah proses membina dari tingkat usia dini hingga mahasiswa, “Dengan perkembangan era digital, kami berupaya untuk memanfaatkan teknologi informasi guna meningkatkan kualitas pendidikan, yakni dengan pembinaan pendidikan berbasis digital,” ujar Ketua Umum DPP LDII Prof Dr KH Abdullah Syam, M.Sc.

Dalam sambutannya, Gogot Suharwoto juga berpendapat, bahwa pendidikan bisa bertahan dan bersaing kuncinya ada pada guru. “Guru harus bisa memahami, karakteristik anak didik sekarang secara genetik berbeda dengan para orangtua,” ujarnya.


Mengutip World Economic Forum, ia memaparkan industri 4.0 memiliki risiko melahirkan terminologi baru. Gambarannya, jika dulu pekerjaan produsen dan konsumen terpisah, maka sekarang konsumen bisa mengerjakan pekerjaan produsen. “Contoh dari pesan tiket pesawat saja, lalu saat boarding pass, hingga naik ke pesawat, beberapa pekerjaan sudah hilang. Sudah bisa ditangani oleh penumpang itu sendiri lewat teknologi,” kata Gogot.

Internet of Things, informasi yang dimiliki dari internet, itu bisa menggerakkan semua orang. Lalu adanya Big Data, dalam pendidikan, dimanfaatkan oleh Kementerian Pendidikan untuk  mendata setiap siswa diberi nomor induk siswa, lalu dimasukkan dalam data pokok pendidikan atau DAPODIK. Data ini nantinya diolah dan ditampilkan dalam bentuk laporan evaluasi bagi siswa tersebut. Ini adalah sebagian kecil proses pemanfaatan teknologi dalam pendidikan.

“Para guru harus melakukan perubahan. Pemberdayaan teknologi ini jika dipakai dalam kelas, sudah pasti menarik minat anak didik,” kata Gogot melanjutkan. Menurutnya, anak-anak masa kini secara garis besar butuh kebebasan mengekspresikan diri, yang sayangnya hal itu tidak didapat di sekolah. Ia menekankan, ini menjadi tugas guru yang siap mengintegrasikan teknologi dalam kelas.

Gogot menambahkan, dalam Teachers Competition Network di San Fransisco, pengujian guru dibagi dalam empat level; Literasi Teknoligi Informasi Komunikasi (TIK), Pendalaman Pengetahuan, Kreasi Pengetahuan, dan Berbagi Pengetahuan. Dari sekitar 2.000 lebih guru yang mengikuti, sekitar 40 persen guru lulus di tahap pertama yaitu Literasi TIK, dan pada tahap kedua sebanyak 12 persen mendalami pengetahuan ICT, sedangkan pada tahap ketiga dan keempat hanya sekitar 8 persen guru yang bisa melampaui tes tersebut.

Di Indonesia, pemerintah menetapkan lewat Peraturan Kementerian Nasional No. 22 Tahun 2007, bahwa guru diwajibkan untuk memanfaatkan teknologi untuk pengembangan diri, efisiensi, dan efektivitas pembelajaran. Dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru mampu menerapkan teknologi yang terintegrasi sistematik dan efektif.

Terakhir Gogot menyampaikan, sikap dan perilaku pengajaran guru dalam kelas yang tadinya bergaya instruksi, perlu diubah dengan cara konstruksi. “Guru perlu empowered. Agar pemahaman anak-anak didiknya terbangun, constructed. Sistem penilaian pun berubah, dari yang single path jadi multiple path,” pungkas Gogot.

Sejak tahun 2007 hingga dibentuknya kurikulum tahun 2013, guru sudah diarahkan memiliki kompetensi memanfaatkan teknologi untuk pengajaran. Minimal mampu membuat konten pembelajaran berbasis teknologi.

Guru juga harus memperhatikan prinsip mampu menerapkan teknologi yang terintegrasi, sistematis, dan efektif. Walaupun demikian, teknologi tetaplah alat. Agar siswa-siswa di era milenial mampu bekerja sama dan termotivasi, guru memiliki peran yang penting.

Untuk mengakomodir hal itu, Kemendikbud memiliki platform digital berupa Rumah Belajar. Di dalamnya terdapat konten audio visual yang dapat diunggah oleh para pakar pendidik.  Contohnya adalah simulasi pembelajaran yang dilakukan para pengajar. 

Di waktu yang sama, LDII melaunching Pondok Belajar Profesional Religius yang bisa diakses di Pondokbelajar.ldii.or.id. Platform digital ini mengakomodasi para pelaku dan pakar pendidikan dilingkungan LDII  seperti guru, mubaligh mubalighot, orang tua, pamong, yayasan, hingga ketua pesantren.

Gogot Suhartowo pun berharap, platform ini dapat bersinergi dengan platform Rumah Belajar Kemendikbud. Soal kerjasama, ia sangat terbuka  karena pada dasarnya, Rumah Belajar Kemendikbud pun berbasis APBN yang berasal dari rakyat, “Jika LDII mau mengadaptasi konten yang ada, kami punya 40.000 konten audio visual. Kami juga akan memberikan pelatihan pada guru-guru LDII,” ujarnya

Pembukaan Lokakarya Nasional 

Lokakarya Nasional yang digelar oleh DPP LDII dihelat di aula Kantor DPP LDII di Patal Senayan. Lokakarya yang diikuti sekitar 200 peserta perwakilan dari Aceh hingga Papua dan negara tetangga, dihadiri oleh Kedubes Singapura, perwakilan dari Kementerian Koperasi dan UKM RI, perwakilan tim Gapura Digital Google Indonesia, serta pakar ekonomi, pendidikan, dan praktisi digital lainnya.

Dalam pidato sambutannya, Ketua Panitia Pengarah (SC) sekaligus Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo mengatakan, hanya sekitar delapan persen orang yang dapat menghasilkan smart society dari sebuah smartphone. Artinya, penggunaan smartphone dengan sebenar-benarnya sebagai sarana digital teknologi yang menghasilkan digital intelligence.

Sebuah struktur dari ormas, sejatinya dapat lebih cepat kontribusi dengan pemanfaatan digital teknologi. Hal ini adalah bentuk sederhana integrasi antara struktur dan kultur. Sebagai contoh, jika sebuah keputusan dulu ditentukan berdasarkan pengalaman, kali ini dalam era digital sistem keputusan didukung dengan basis data digital.

Pada pengembangannya, melahirkan sebuah Big Data sehingga implikasinya harus mampu membuat sistem manajemen data, infrastruktur data. “Paling sederhana contohnya adalah manajemen data, dengan pengembangan perangkat lunak (software development), pengembangan model, dan presentasi model data oleh para pegiat digital,” kata Prasetyo. “Wujudnya nanti Artificial Intelligence (AI), dengan sistem pengamanan data tinggi,” tambahya lagi.

Sekarang timbul lagi isu bagaimana teknologi struktur dan kultur dengan hambatan yang ada pada budaya masyarakat Indonesia. Misal, terlambat saat membuka pesan (unresponsive) hal ini terkait kebiasaan seseorang, maka artinya kultur atau budaya seseorang bisa menghambat atau memajukan teknologi. Inilah pentingnya pendidikan digital untuk setiap orang sekarang.

Menanggapi hal tersebut, Anil Kumar dari Kedubes Singapura juga menambahkan, “Apakah teknologi yang harus pintar atau orang-orangnya yang pintar, maka manusia-lah yang harus kick up dengan teknologi.” Digital literasi pada masyarakat umum atau di banyak negara tidak tergali dengan baik. Tidak menggunakan teknologi untuk pendidikan, sejak dini misalnya.

Sementara hal itu menjadi penting bagi kelangsungan pendidikan. Di Singapura ia mencontohkan, sejak dini anak (usia Taman Kanak-Kanak) diajari bahasa pemrograman atau coding, sehingga tidak takut menghadapi kemajuan digital. Anil menekankan, “Focus how to make people smart.”

Kecepatan perubahan yang sekarang jauh lebih cepat. Antara kecepatan dengan masalah yang muncul itu seolah terburu-buru. Tidak heran timbul disrupsi teknologi. “Manage the technology, jangan teknologi yang mengendalikan kita, ini adalah salah satu fokus penting,” kata Anil. Adanya disrupsi atau gangguan berimbas juga pada bidang ekonomi, bisnis, dan lainnya.

“Bisa jadi banyak pekerjaan akan hilang akibat disrupsi, misalnya ahli hukum tanpa bantuan teknologi, bisnis mereka tidak akan berjalan begitu saja jika hanya membantu penyelesaian masalah penjualan tanah atau rumah,” kata Anil.

Ia juga mengatakan, “Sedikit berbagi ilmu, penekanan di Singapura tidak terfokus pada melindungi sebuah pekerjaan, tapi melindungi pekerja. Karena pekerja bisa diberi ilmu untuk pekerjaan baru, malah bisa jadi kehidupan lebih baik daripada yang dahulu.”

Minggu, 21 Juli 2019

LDII Se-Madura Komitmen Budayakan Nilai Pancasila


LDII Kabupaten Sampang beserta perwakilan DPD LDII Se-Madura menghadiri seminar bertema “Membudayakan Nilai-Nilai Pancasila pada Era Generasi Milenial”. Seminar yang diadakan oleh DPD LDII Kabupaten Pamekasan itu diselenggarakan di Pendopo Ronggosukowati pada hari Minggu 21 Juni 2019. 

Dalam sambutannya Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Pamekasan Ir. H. Totok Hartono yang turut hadir mewakili Bupati Pamekasan mengatakan, warga LDII yang juga bagian dari masyarakat Pamekasan, bagian dari warga negara Republik Indonesia, diharapkan untuk tidak terpecah belah dan menjadi satu kesatuan bangsa. Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui pemahaman dalam seminar ini. 

Acara seminar tersebut juga dihadiri oleh generasi muda dari empat kabupaten di Madura. Mereka sangat antusias dalam mengikuti acara mulai dari awal sampai akhir. Hal ini terbukti dari banyaknya pertanyaan yang dilontarkan saat sesi pemberian materi berlangsung.


Materi yang dibawakan oleh Muhammad, S.H dosen asal Universitas Madura ini pun dikemas dengan pembawaan yang menarik dan humoris sehingga peserta yang umumnya muda-mudi ini cepat menangkap dan memahami. 

Di kesempatan yang sama, Ketua DPW LDII Provinsi Jawa Timur, Drs. Ec. H. Amin Adi berharap generasi muda LDII bisa menjadi agen (pengamal nilai pancasila) di lingkungannya masing-masing sehingga dapat membawa perubahan yang positif ke depannya. "Kami berharap hal ini dapat menggema dan direspon oleh DPD-DPD di Jawa Timur yang bisa dan mampu menyelenggarakan seminar seperti ini" Imbuhnya. (Duta)

Kamis, 16 Mei 2019

Kurangi Ketergantungan dengan PLN, LDII Bangun PLTS Ponpes Terbesar di Indonesia


KEDIRI – Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di pondok pesantren Wali Barokah, Kediri, Jawa Timur. Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo mengatakan selama ini pondok pesantren masih tergantung kepada perusahaan listrik negara (PLN) dalam membantu penerangan di lingkungan pondok. Akibatnya beban biaya yang ditanggung terus meningkat seiring dengan besarnya pemakaian listrik. 

"Berkacara dari hal tersebut DPP LDII melakukan terobosan berupa pembangunan PLTS sendiri. Sebagai tahap awal dibangung di Ponpes Wali Barokah kota Kediri," kata Prasetyo Sunaryo.

Pengembangan PLTS yang terbesar di Indonesia untuk ponpesini, dikatakan Prasetyo merupakan bentuk pemanfaatan dan penerapan energi baru terbarukan (EBT) sesuai dengan rencana jangka panjang organisasi. 

"Ponpes yang menggunakan PLTS sebesar ini merupakan yang pertama di Indonesia. Ini wujud paradigma khusus tidak cukup dengan cara pandang perbandingan harga saja. Pendayagunaan EBT komparasinya bukan terhadap harga BBM, tetapi harus terhadap pengandaian apabila terjadi kelangkaan energy BBM. Ini yang menjadi pemahaman organisasi yang kita terapkan," tambah Prasetyo.

"Khusus energy matahari, karena Indonesia sebagai negara tropis tidak ada musim salju, sehingga energy matahari tersedia sepanjang tahun. Dari perspektif religious, penggunaan energy matahari merupakan manifestasi kesyukuran ke Allah yg mengkarunia Indonesia dengan sinar matahari yg tak ternilai harganya," imbuhnya.

Pimpinan Ponpes Walibarokah KH Soenarto mengaku pihaknya ingin mensyukuri anugerah Allah berupa sinar matahari, untuk menjadi energi listrik untuk menerangi pondoknya. Sehingga terjadi penghematan biaya pengelolaan pondok secara signifikan. 

“Untuk kedepannya ada pemikiran menjadikan ponpes ini, sebagai wisata religi dan edukasi teknologi PLTS. Sehingga menginspirasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam penerapan Energi Baru Terbarukan,” kata pria asal Klaten tersebut.


PLTS yang dibangun instalasinya di ponpes tersebut berukuran 40 m x 41 m. Menurut pakar PLTS yang aplikator PLTS di Ponpes Walibarokah, Horisworo, dengan pertimbangan untuk memberikan manfaat yang lama, maka dana yang terkumpul secara gotong royong warga LDII tersebut dibelikan panel surya (Solar Cell) yang premium grade buatan Kanada.

“Maka harganya, termasuk peralatan penunjangnya mencapai Rp.10,1 Milyar. Tapi potensi umat yang besar ini harus diwujudkan dengan membeli yang premium grade buatan Kanada. Sayang bila hanya beli buatan Cina yang harganya lebih murah. Tapi yang perlu dipahami mahalnya itu didepan saja. Dengan adanya garansi 25 tahun dari produsennya, maka yang dari Kanada ini jatuhnya malah lebih efisien,” kata Horisworo saat memberikan pemaparkan di lokasi PLTS ponpes tersebut.

Bantuan NASA

PLTS tersebut nantinya akan menghasilkan 1 juta Watt maksimalnya. Dan saat ini belum dioptimalkan seluruhnya, karena kebutuhan ponpes dengan 5000 santri tersebut sudah terpenuhi dan masih ada banyak kelebihan. Penerangan di ponpes yang terletak ditengah Kota Kediri tersebut, juga sangat bagus. Saat suaramerdeka.news tiba disana pada malam hari terlihat penerangan yang maksimal, lebih terang dari Mal. Hal ini membuat santri lebih nyaman belajar dan beraktifitas serta kondisi tersebut didapat dengan efisien karena memanfaatkan PLTS. 

“Prinsipnya ponpes Walibarokah sudah mempraktekkan dan berinvestasi jangka panjang dalam bidang EBT. Pembangunan dan pengembangan ponpes adalah sebuah keniscayaan, dan kami sudah menabung, sudah berinvestasi untuk mandiri energi, memanfaatkan karunia Allah. Maka kami serius membangunnya, sampai untuk penentuan titik dimana intensitas sinar matahari terbesar, kami minta bantuan satelit NASA. Ya digedung inilah yang intensitas sinar matahari tertinggi (dibandingkan beberapa gedung di ponpes tersebut),” papar pria asal Banyumas tersebut.

Saat ini warga Kota Bandung tersebut sudah merencanakan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Bio Masa (PLTBM) dengan memanfaatkan sampah harian dari warga ponpes yang jumlahnya ribuan orang.

“Dari sampah atau suatu yang dibuang bisa kita manfaatkan menjadi energi. Dengan berbekal pengalaman telah membuat PLTMB di Bandung, saya punya keinginan bisa menghadirkannya di ponpes ini. Potensi dari sampah disini sangat besar, dan bisa makin mengokohkan kemandirian energi ponpes ini. Tinggal menunggu bagaimana musyawarah pimpinan pondok,” kata Horisworo.

Sebelumnya, untuk memenuhi kebutuhan energi listrik secara mandiri juga dikembangkan pembangkit lisrik berskala kecil, pembangkit listrik mikro hidro (PLTMH) di pabrik teh Jamus di Ngawi. 

Pabrik teh peninggalan Belanda. tahum, 1928 seluas 478 ha itu, semula digarap menggunakan bahan bakar minyak ( BBM) dan kayu bakar. Kini semuanya menggunakan listrik secara mandiri PLTMH. 

PLTMH yang dirancang oleh Horisworo teraebut, pada tahun 2007. Menurut Purwanto wahyu, Pimpinan Perkebunan Jamus, untuk satu unitnya mampu memghasilkan 100 kwh dengan investasi awal sebesar Rp 1,7miliar. Kemudian setelah itu dibangun satu unit lagi dengan biaya Rp 900 juta dengan menghasilkan 100 kwh dan setahun kemudian disusul pembangunan lagi yang melewati tanah masyarakat dengan menghasilkan 50 kwh. (Johar-Humas DPP LDII)

Selasa, 16 April 2019

Bawaslu Ajak Warga LDII Se-Madura Sukseskan Pemilu


Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) menggelar kegiatan sosialisasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum di gedung PKPRI Trunojoyo Jalan Rajawali, Kab. Sampang pada Sabtu, 13 April 2019. Kegiatan ini diikuti 200 orang peserta yang terdiri dari perwakilan pengurus serta warga LDII se-Madura Raya dengan narasumber Ketua Komisi II DPR RI, Zainudin Amali, S.E.

Turut hadir dalam kesempatan ini Ketua Bawaslu Jawa Timur Moh. Amin, M.Pd.I  serta 2 anggotanya, Ketua Bawaslu Kabupaten Se-Madura Raya, Ketua DPW LDII Jawa Timur Drs. Ec. H. Amien Adhy, Sekretariat Bawaslu RI, dan seluruh jajaran Bawaslu Kabupaten Sampang. 

Dalam sosialisasi tesebut, ketua Bawaslu Jawa Timur, Moh. Amin, M.Pd.I  menyampaikan harapan dari Bawaslu Jawa Timur “Saya harap bapak ibu hadir di 17 April 2019 untuk memberikan suaranya berdasarkan hati nurani bukan karena berdasarkan politik identitas, bukan karena unsur sara, bukan karena money politik, tapi benar-benar sesuai pilihan bapak ibu.”

Selanjutnya Zainudin Amali, S.E. selaku narasumber yang lain mengungkapkan “jarang ada kelompok masyarakat yang berkesempatan untuk mendapatkan sosialisasi UU tentang pemilu ini secara khusus. Nah dalam kesempatan ini keluarga besar LDII se-Madura dari 4 (empat) kabupaten menjadi segmen khusus dari sosialisasi yang dilakukan oleh Bawaslu. Banyak yang minta kelompok-kelompok, masyarakat, organisasi-organisasi, tetapi tidak memungkinkan karena waktunya yang harus berbagi” ungkap Zainuddin Amali.

Beliau berpesan, kesempatan langka yang tidak dapat dirasakan oleh semua organisasi ini bisa dimanfaatkan dengan baik untuk dapat membantu penyelenggara mengawasi minimal di lingkungan sekitarnya sehingga pemilu ini bisa berjalan dengan lancar, LUBER dan demokratis.


Sementara itu, Ketua DPW LDII Provinsi Jawa Timur Drs. Ec. H. Amien Adhy mengungkapkan, dalam pemilu kali ini LDII menempatkan posisinya secara netral aktif. Netral karena LDII tidak ngeblok atau “underbow”, tidak pro ke salah satu partai capres atau cawapres. Kemudia aktif dalam artian semua warga LDII bisa menggunakan hak suaranya, sehingga diharapkan tidak ada warga LDII yang golput. “Kita selaku pemangku kepentingan di Provinsi Jawa Timur mengharapkan mari kita sama-sama ikut menjaga dan melaksanakan pemilu besok tgl 17 April itu bisa berjalan dengan damai aman selamat tertib lancar dan barokah,” ujar Amien Adhy. (Ika)

Selasa, 08 Januari 2019

Remaja LDII Sampang Selanggarakan Pengajian Akhir Tahun


Remaja LDII Kab. Pamekasan dan remaja LDII Kab. Sampang mengadakan kegiatan Pegajian Akhir Tahun dengan tema "Wujudkan Generasi Milenial yang Berakhlakul Karimah, Profesional dan Mandiri" bertempat di Masjid Luhur Ceguk yang dilaksanakan pada tanggal 31 Desember 2018 hingga 1 Januari 2019. Kegiatan ini dimulai dari pukul 17.00 WIB hingga 06.00 WIB dengan kegiatan antara lain silaturahim dan arahan dari Kapolsek Kecamatan Tlanakan, qiro'atul qur'an, nasihat agama, games menarik, lomba foto, pembagian door price, dll. Kegiatan ini merupakan agenda rutin yang dilaksanakan LDII Kab. Pamekasan dan LDII Kab. Sampang sebagai kegiatan akhir tahun dengan tujuan untuk untuk mencegah remaja LDII ikut melakukan kegiatan-kegiatan negatif yang biasanya marak terjadi dalam momen pergantian malam tahun baru. 

Dalam sambutannya, H. Nurkodim menyampaikan kepada jajaran tamu yang hadir bahwa acara ini sudah kami adakan sejak bertahun-tahun yang lalu dan tetap berjalan hingga malam ini. Karena yang kami inginkan adalah untuk membentengi diri para remaja agar terhindar dari kegiatan negatif dalam menyambut malam tahun baru.


Dalam kesempatan ini Kapolsek Kecamatan Tlanakan AKP H. Ach. Soleh, S.H beserta jajarannya juga turut mengadakan kunjungan ke acara pengajian akhir tahun yang di selenggarakan oleh LDII Kab. Pamekasan guna memberikan arahan kepada para remaja LDII. Beliau menyampaikan bahwa para generasi muda LDII sangat beruntung bisa mengikuti kegiatan yang sangat bermanfaat ini karena mendapatkan empat perkara sekaligus seperti membaca Al-Quran, melaksanakan sholat malam, dzikir malam dan berkumpul dengan golongan orang-orang yang sholeh. Disamping itu beliau juga tak lupa mengingatkan untuk jangan mudah percaya dengan berita-berita yang belum tentu kebenarannya, supaya dapat dilakukan tabayyun dan diteliti terlebih dahulu jangan langsung di share. 

Kegiatan pengajian akhir tahun ini juga diselingi dengan berbagai games dan lomba yang menarik. Remaja LDII yang hadir terlihat sangat antusias mengikuti games dan lomba yang diadakan karena panitia juga telah menyiapkan hadiah bagi para pemenangnya. Setelah serangkaian kegiatan selesai dilaksanakan, selanjutnya remaja LDII yang hadir di arahkan untuk beristirahat dengan bermalam di masjid dari pukul 23:30 WIB hingga pukul 02:00 WIB yang kemudian dilanjutkan dengan sholat, dzikir malam dan sholat subuh berjamaah.


Dengan diselenggarakannya kegiatan ini diharapkan dapat membina remaja LDII menjadi generasi milenial yang berakhlakul karimah, profesional dan juga mandiri. Sehingga dapat menjadi remaja yang membanggakan bagi orang tua dan bermanfaat bagi bangsa. (Lia)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Optimized by Abdillah Irsyad El Nur | Official Website DPW LDII Jawa Timur | Official Website DPP LDII